SIA – SIA KULIAH JIKA HANYA JADI PETANI
Hal ini selalu terdengar dari orang – orang yang tidak
ingin menjadikan pertanian kita sukses atau lebih baik. Pertanian kita
membutuhkan inovasi, cara dan terobosan – terobosan baru, untuk mengikuti laju
perkembangan teknologi di butuhkan pengalaman dan pendidikan formal.
Anggapan selama ini bahwa sia – sia kuliah jika hanya
akan menjadi seorang petani, anggapan tersebut 100 % salah, dalam menjalani
kehidupan ini semuanya membutuhkan ilmu pengetahuan, dalam agama Islam di katakan
Bahwa bacalah, artinya segala bentuk pekerjaan membutuhkan pengetahuan.
Melalui pendidikan seseorang akan mengetahui cara, dosis
dan pengaruh yang akan di timbulkan, karena pendidikan akan mengarahkan
seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan untuk lebih dipahami.
Ketertinggalan kita selama ini adalah, kita merasa rugi
jika berpendidikan tinggi dan akhirnya kembali bertani, anggapan yang keliru
dan harus di ubah segera agar pertanian kita bisa cepat maju dan berdaya saing.
Logika sederhana jika kita bandingkan antara petani yang
bergelar Sarjana dan tidak adalah, :
1. Petani Sarjana lebih mudah mengakses jaringan
2. Petani Sarjana lebih mudah beradaptasi dengan ternologi
baru
3. Petani Sarjana tidak hanya mengandalkan otot tetapi otak
dan hati
4. Petani Sarjana lebih mampu mengikuti perkembangan
teknologi, baik akses media social dll
5. Petani sarjana tidak ikut – ikutan dalam penggunaan obat
pertanian tetapi di pelajari terlebih dahulu
6. Petani Sarjana lebih mudah bergaul dengan PPL pertanian
dan mampu terlibat dalam penelitian mahasiswa – mahasiswa Fakultas Pertanian
7. Petani Sarjana mampu menciptakan produk hasil pertanian
dalam kemasan agar jangkauan pasar lebih luas.
8. Terakhir petani Sarjana akan selalu menulis tulisan –
tulisan seperti yang sedang kita baca.
Sekolah/kuliah itu tidak akan berarti tanpa di amalkan, jadi amalanlah yang menentukan keberhasilan seseorang. makanya untuk sukses bertani, banyak-banyaklah menggunakan ilmu dan terus bekerja
BalasHapuspersepsi umum memang begitu. saya pikir pola pikir seperti itu menjadi isyarat betapa mirisnya pendidikan kita,,,doktrin umumnya adalah: pendidikan adalah untuk mencari kerja, bukan untuk menafsirkan kehidupan. mental-mental yang dibangun kan mental begitu((((suara hati seorang guru,,,,heheh))))
BalasHapus