Tidak ada petani tidak ada makanan, semua manusia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa mengkonsumsi makanan dari hasil pertanian, sejak dahulu hingga era modern saat ini.
Profesi
petani sering diibaratkan kotor, jijik karena selalu bersentuhan dengan tanah,
pupuk dan pestisida. Propesi petani juga di anggap tidak dapat mensejahterakan
petani, banyak orang berpikiran tingkat kesejahteraan petani sangat rendah.
Jika
pemikiran kita seperti itu otomatis kita tidak akan pernah mau menjadi seorang
petani, bahkan mengakui orang tua kita saja,
Banggalah
kita terlahir dari keluarga petani, kita di ajarkan tentang alam, sebuah proses
bercocok tanam, ibarat proses dalam kehidupan, mengolah, melakukan pembibitan,
menanam, merawat, hingga akhirnya mengemas dan di pasarkan.
Seperti
halnya hidup ini kita tidak langsung dewasa, ada proses yang membawa kita
sampai pada kehidupan hari ini. Ibarat pendidikan ada tingkatan proses
pendidikan, TK, SD, SMP, SMU dan Sarjana. Proses tersebut membutuhkan waktu,
usaha dan anggaran, di dalam diri kita berbeda, lahir dari keluarga dan
lingkungan yang berbeda dan diri ini di lahirkan di keluarga petani, sehingga
dari renungan dan perjalanan tersebut akhirnya saya Kembali Bertani setelah
selesai Kuliah karena itu menjadi bagian dari rasa terima kasihku kepada
pertanian dan rasa syukurku karena hasil pertanian telah menjadikan diriku
bergelar Sarjana.
Jika
banyak pemuda yang bangga kerja di kantoran, berdasi, berpakaian rapi, di
ruangan berAC berbeda dengan diriku saya justru bangga jika kerja di pertanian
lebih mampu membuat diriku enjoy. Pertanian membawaku ber-AC Alami bersahabat
dengan alam, berpakaian dinas lengkap dengan alat pertanian dan menjadi petani
yang berdasi.
Jika
di lihat petani saat ini rata – rata dari mereka telah berusia tua atau Lansia,
sehingga generasi muda harus mampu melakukan gerakan, terobosan dan ide – ide
baru dalam mengembangkan pertanian, di tangan pemudalah pertanian bisa di
gerakkan dengan cepat sebab pemuda mempunyai beberapa kelebihan dengan lansia,
baik tenaga maupun ide.
Jika
saat ini kita tidak mau bertani, lantas generasi petani tidak akan tercetak,
regenerasi perlu di lahirkan. Jika manusia hanya berlomba mencari harta, lantas
si kaya bisakah memakan uang mereka, mobil mereka atau rumah mewah mereka.
Tanpa petani manusia mau makan apa?
Petani
menjadi pahlawan pangan ini yang tidak di sadari oleh petani dan manusia pada
umumnya, petani sendiri kadang tidak bangga menjadi petani, anak petani tidak
ingin menjadi petani, para orang tua juga tidak bangga anaknya menjadi petani,
mereka ingin mengubah nasip mereka, ini kata mereka…. Yakni ingin mengubah
status dari petani menjadi PNS.
Di
usia sekolah para orang tua tidak pernah memberikan motivasi kepada anaknya
bahwa sekolah yang tinggi nak agar kedepan bisa mengembangkan pertanian. Malah
yang sering di dengar adalah sekolah yang tinggi agar kamu tidak seperti
bapakmu menjadi petani, kamu jadi guru, dokter, tentara dll.
Negara
kita Negara agraris tidak semua Negara mempunyai potensi SDA yang melimpah,
sehingga menjadi tugas dan tanggung jawab buat kita pemuda untuk mengembangkan
pertanian, ingat bertani itu bukan berarti harus setiap hari ke lahan seperti
petani – petani pada umumnya tetapi pemuda hari ini harus mampu lahir untuk
mengembangkan pertanian melalui iptek.
Gerakan
pemuda atau sarjana akan melahirkan pertanian yang lebih modern, menarik dan di
kunjungi, mari kita lahirkan Agrowisata, pengolahan, peningkatan SDM Petani,
dan budidaya yang sehat dan ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''
''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''