Ketika para sarjana berlomba – lomba mendaftar menjadi
PNS, ketika para Master berlomba – lomba
menjadi Dosen, ketika Sarjana dan master sibuk membuat lamaran dan mengikuti
pendaftaran, ketika itu saya kembali
menjadi seorang PETANI. Ketika itu saya kembali mengambil cangkul dan peralatan
pertanian yang lain.
Hal inilah membuat sebagian orang merasa aneh dan lucu
karena ini akan susah di pahami oleh orang lain, tetapi ini membuatku enjoy dan
bangga menjadi seorang master yang bisa kembali menjadi seorang petani.
Lahan, tanaman dan petani selalu saya jadikan Artis –
artis dalam potretan kamera yang menjadi bagian dari alat pertanian yang selalu
saya bawa. Potret pertanian kini selalu menjadi isu dan berita di media – media
yang memberikan dukungan kepada aktifitas pertanianku.
Rasa heran dari masyarakatpun terasa dan akhirnya mereka
bertanya, Kok saya kembali bertani padahal
saya seorang sarjana. Saya di
anggap buang – buang waktu dan biaya karena bertahun – tahun kuliah dan
akhirnya kembali bertani.
Anggapan negative akhirnya ikut berdatangan, saya di
jadikan patokan kepada anak – anak petani, para orang tua tambah malas menyekolahkan
anak – anaknya, mereka tidak membiarkan
kuliah anak – anaknya dengan alasan percuma kuliah jika akhirnya kembali bertani,
seperti saya.
Ini adalah sebuah pertanyaan yang harus saya jawab dan
buktikan bahwa apapun pekerjaan yang kita kerjakan semuanya harus di sertai
dengan ILMU, kuliah dan menjadi sarjana
tidak mesti harus menjadi pegawai (PNS) tetapi dengan kembalinya sarjana ke
desa dan bertani akan membantu pemerintah mengembangkan pembangunan bangsa.
Logika sederhana bahwa biaya kuliah S 1 dan S 2 yang di
keluarkan orang tua saya semuanya bersumber dari hasil pertanian, berkat
pertanian saya bisa kuliah dan bisa menjadi seorang Master.
Artinya pertanian membuat saya seperti ini, saya lahir
dari pertanian dan menjadi master karena pertanian.
Hingga akhirnya dengan proses berjalannya waktu anggapan
negative selama ini yang telah di pikirkan masyarakat berubah 99 % menjadi
positif, karena perubahan pola pikir dan cara bertani mulai di olah lebih
menarik, modern dan alamiah dengan system bertani secara organic.
Dengan melakukan dampingan, menyiapkan lahan percontohan,
pameran pupuk organic, panen raya dan membuat konsep Agrowisata.
Hal – hal seperti inilah yang selama ini tidak pernah
tersentuh, baik keaktifan kelompok – kelompok Tani, dana 100 juta buat Gapoktan
dan pupuk subsidi yang tidak tepat sasaran.
Dengan gerakan ini, petani mulai merasakan akan posisi
dan jati dirinya bahwa sang petani adalah pahlawan pangan yang selama ini
terlupakan dan di abaikan. Tidak ada petani tidak ada makanan, seorang Presiden
saja tidak bisa makan jika tidak ada petani. Inilah hebatnya petani.
Akhirnya melalui lembaga Gapoktan Butta Gowa, sebagai
wadah Komunikasi Petani sayapun melahirkan beberapa konsep yaitu, melahirkan
- Iqra Diniyah, sebagai tempat mengaji anak – anak
- Rumah Baca sebagai wadah menciptakan gemar membaca dan
cinta pendidikan
- Toko Tani Organik sebagai penunjang pertanian Organik dan
merupakan Toko tani pertama yang khusus meyiapkan keseluruhan kebutuhan
pertanian organic,
- Agrowisata sebagai kebun wisata, dan bisa menjadi
pendapatan tambahan buat petani dan
- Seputar petani news sebagai media informasi buat petani
se Nusantara.
Dari perjalanan tersebut akhirnya mampu mengantarkan saya
bertemu dengan orang – orang hebat, seperti utusan Kedutaan Belanda (Vegimpact),
Anggota DPRD, Calon Bupati Gowa dan Deputi IV Staf Presiden RI Jokowi – JK.
di Al-Qur’an ada sedikitnya 44 surah di 26 juz yang menyinggung pertanian. Sesuatu yang banyak sekali disebutkan seharusnya menjadi perhatian utama. Itulah sebabnya, disebutkan bahwa jika al-Quran berbicara tentang tugas manusia mengelola bumi dengan istilah Khalifah, maka seharusnya seluruh petunjuknya diturnkan juga. Nah, al-Quran sudah banyak memberi petunjuk mengenai persoalan mengelolahan bumi.
BalasHapusBarangkali karena memang kita belum tahu, atau ia luput dari tadabbur kita, yaitu setiap kali Allah mengungkap sesuatu tentang nilai kebaikan, Allah selalu menjadikan tanaman-tanaman dan bebuahannya sebagai perumpamaan-perumpamaan. Sebuah perumpaan yang oleh Allah dikaitkan dengan pertanian. Berikut ini disebutkan sebagiannya.
Saat Allah bercerita tentang hasil atau balasan bagi orang yang berinfaq di jalan Allah, diumpamakanNya seperti satu butir biji yang tumbuh menjadi tujuh bulir dan masing-masing bulir memberikan hasil seratus biji (QS 2:261). Di ayat selanjutnya, di surah yang sama Allah bercerita tentang orang-orang yang beramal hanya karena mencari ridlaNya dan untuk keteguhan jiwanya, diumpamakanNya sebagai kebun yang berada di dataran tinggi. Bila hujan lebat turun maka hasilnya dua kali lipat, bila hanya ada hujan gerimis-pun sudah memadai (QS 2:265).