Semua manusia makan
dari hasil pertanian, itu sebuah fakta. Meski teknologi industri berkembang
begitu pesatnya, usaha pertanian masih menjadi hal pokok kegiatan manusia di
muka bumi. Terlebih lagi di Indonesia, lebih dari setengah rakyatnya hidup dan
bergantung pada sektor pertanian. Dengan demikian pertanian bukanlah sekadar
suatu usaha ekonomi. Usaha pertanian adalah kehidupan itu sendiri. Oleh karena
itu, kelangsungan hidup manusia sangat ditentukan oleh keberlanjutan budaya
pertanian.
Negara Indonesia adalah Negara agraris yang
dikenal sejak dahulu, terlihat dari separuh penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani. Namun pertanyaannya mengapa Negara yang dijuluki
Negara agraris bisa krisis pangan…? Apakah Teknologi
pangan kita belum sebaik negara-negara lain, seperti Thailand, Vietnam, Cina
dan Jepang. Kita masih menanam dengan cara alamiah/tradisional, sementara
negara-negara lain sudah menerapkan teknologi. Misalnya di Thailand tidak ada
musim durian karena durian bisa dipanen sepanjang tahun. Ironisnya durian
adalah tanaman asli Indonesia. Di Jepang panen beras bisa 4 kali dalam setahun
padahal seperti kita ketahui bahwa Jepang adalah negara subtropis yang
mataharinya tidak bersinar sepanjang tahun, tidak seperti di Indonesia yang
mataharinya bersinar sepanjang tahun.
Ketahanan pangan tercipta ketika masyarakat
bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan harganya terjangkau, yang
menjadi dasar hidup yang aktif dan sehat, melihat Jumlah
penduduk Indonesia yang sangat banyak, produksi pangan seringkali tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat di tambah era perdagangan bebas, jika
produk lokal tidak mampu bersaing maka bisa termakan oleh produk impor. Dengan
kata lain adalah persaingan pasar, siapa yang kualitasnya lebih baik dan
harganya lebih murah maka akan di terima oleh pasar. Hal lain yang
menjasi penyebab terjadinya krisis pangan adalah berkurangnya
lahan pertanian akibat terdesak oleh lahan industri dan perumahan, sehingga
produksinya pun semakin berkurang.
Sejarah mencatat Indonesia pernah
mengalami masa swasembada pangan, khususnya beras, pada dekade 1980-an. Bahkan
saat itu, Organisasi Pangan Dunia, FAO memberikan penghargaan istimewa kepada
pemerintah atas prestasi luar biasa ini, namun, bertahun-tahun sesudah itu
prestasi swasembada beras nampaknya sulit terulang bahkan tidak jarang
Indonesia harus mengimpor beras dari negara tetangga, misalnya Thailand dan
Vietnam. Selama beberapa tahun terakhir, masalah ketahanan pangan menjadi
masalah penting di Indonesia.
Tantangan
untuk mencapai ketahanan pangan seperti 1. Degradasi lahan, Pertanian intensif mendorong
terjadinya penurunan kesuburan tanah dan penurunan hasil. Sehingga perlu pengembangan penggunaan
pupuk organic yang berkelanjutan. 2. Hama
dan penyakit, adalah factor yang dapat mengurangi hasil produksi karena
produktifitasnya menurun. 3. Kekeringan di musim kemarau mengakibatkan
kelangkaan air sehingga banyak lahan yang
tidak bisa di olah oleh petani.
Krisis
pangan di Negara agraris itu sebaiknya tidak terjadi, olehnya itu pemerintah menargetkan swasembada pangan yang dijadikan fokus
pemerintahan Jokowi Jk. Melalui Kementerian Pertanian melakukan akselerasi
dengan cara perbaikan irigasi, distribusi bibit dan pupuk, juga bantuan pengadaan
alsinta (alat & sistem pertanian). Seperti yang termaktub dalam peraturan
menteri pertanian No. 3 Tahun 2015 tentang Pedoman Upaya Khusus Peningkatan
Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai. Biasa disebut Upsus Pajale.
2017 adalah target capaian pemerintah dalam wujud
Indonesia bisa swasembada pangan, dengan komuditi andalan seperti 1. Padi,
untuk memenuhi kebutuhan pangan. 2. Jagung untuk memperkaya pangan dan
pemenuhan kebutuhan pangan. 3. Kedelai, memenuhi kebutuhan pengrajin tempe,
tahu dll. 4. Gula, memenuhi kebutuhan nasional. 5. Daging, memenuhi kebutuhan
defisit daging dan konsumsi nasional, dengan jumlah anggaran kementan 2014-2019
sebanyak 72,46 triliun.
Terciptanya petani yang handal, peningkatan
pola pikir petani dan menciptakan budaya berkelompok juga merupakan salah satu cara
agar Negara tidak kekurangan pangan di Negara yang agraris, Sebab
bentuk solidaritas dari para anggota kelompok tani akan membentuk satu kesatuan
yang saling mendukung dan terletak dalam satu kawasan usaha tani yang menyatu
dan merupakan wadah kerjasama antar kelompok tani untuk menggalang kepentingan
bersama dalam kehidupan koperatif. Untuk menunjang pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan.
Pengembangan dan pemberdayaan SDM
petani melalui penyedia jasa pendidikan pelatihan/magang dan teknologi yang
dilakukan dengan pendekatan partisipati adalah Upaya mewujudkan petani yang
modern, mandiri dan mempunyai daya saing yang tinggi menuju swasembada pangan
nasional dan pertanian yang tangguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''
''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''