Minggu, 06 Desember 2015

Kerajaan Gowa



BUKTI KEMEGAHAN KERAJAAN GOWA 

1. Mahkota Raja Gowa yang bernama Salokoa salokoa, atau mahkota Raja, memiliki berat 1768 gram, terbuat dari emas murni, dan ditaburi 250 berlian, Mahkota ini berasal dari Raja Gowa Pertama Tumanurung Baineyya ri Tamalate pada Abad ke 13 Masehi. 2. Ponto Janga-Jangayya ponto janga jangaya (Terbuat dari emas murni yang berat seluruhnya 985,5 gram, bentuknya seperti Naga yang melingkar sebanyak 4 buah. Dinamai “Mallimpuang” yang berkepala naga satu dan “Tunipalloang” yang berkepala naga dua, benda ini merupakan benda “Gaukang” {kebesaran Raja} di Gowa dan dipakai pada pergelangan tangan, Benda ini berasal dari Tumanurunga).
3. Tobo Kaluku tobo kaluku atau rante manila dengan berat 270 gram. 4. Kolara kolara (kalung kebesaran yang terbuat dari emas murni seberat 2.182 gram). 5. Mata Uang Kerajaan Gowa-Tallo Disaat bangsa lain masih menggunakan sistem barter sebagai alat tukarnya, kerajaan Gowa-Tallo telah memiliki alat tukar yang sah di dalam wilayah kekuasaannya yang diberi nama Jingara' dan Kupa. Jingara' adalah mata Uang Kerajaan Gowa-Tallo yang terbuat dari emas Murni dengan ukuran diamater 19.49mm; tebal 1.50 mm dan berat 2.47 gram. berbeda dengan Jingara, Mata Uang kerajaan Gowa-Tallo lainnya yang bernama Kupa hanya terbuat dari campuran Timah dan Tembaga. hal ini adalah salah satu bukti tingginya peradaban Kerajaan Gowa-Tallo. pada sisi Uang Jingara' tertera tulisan berhuruf Arab, terbaca KHALIFA ALLAH SULTAN AMIR dan pada sisi yang lain tertera tulisan yang belafaskan SULTAN HASANUDDIN, Raja Gowa ke 16 yang sangat terkenal dengan Kegigihannya melawan Rongrongan VOC Belanda bersama sekutunya selama kurang lebih 10 Tahun (1660-1669). 6. Meriam anak Makassar Dalam buku yang ditulis Dr. K.G. Crucq dan J.W. Vogel, menjelaskan bahwa meriam “Anak Makassar” adalah meriam yang terbesar yang pernah ada dan dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam bidang pertahanan. Panjang diameter lobang mulutnya 41,5 cm, sehingga orang dengan mudah dapat masuk ke dalamnya. Menurut Dr. K.G. Crucq yang banyak melakukan penelitian tentang meriam-meriam yang ada di Indonesia, bahwa meriam “Anak Makassar” Milik Kerajaan Gowa-Tallo yang ada di Benteng Somba Opu itu lebih besar dari pada meriam “Pancawura” atau “Kyai Sapujagad” yang ada di Keraton Surakarta. Jika dibandingkan dengan meriam-meriam kramat lainnya, seperti misalnya meriam “Ki Amuk” yang ada di banten, meriam “Anak Makassar” lebih besar ukuran atau kalibernya. J.W. Vogel dalam tulisannya yang berjudul “Oost-Indianische Reisbesch-reibung” menggambarkan bahwa mulut meriam “Anak Makassar “ milik Kerajaan Gowa itu sedemikan besarnya “dass der grosste mensch gar fuglich hinein kriechten und sich verbergenkan” (sehingga orang yang paling besar sekalipun dengan mudah dapat merayap ke dalamnya dan bersembunyi di situ). Berat meriam “Anak Makassar” ini seluruhnya memiliki bobot 9.500 kg. atau 9,5 ton. Panjang meriam keramat ini enam meter. Dengan kaliber 41,5 cm. 7. Tiga belas Benteng Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo -Benteng Somba Opu, Benteng Ujung Pandang di bangun pada Tahun 1545 (setelah perjanjian Bungayya diambil alih oleh belanda dan namanya diganti menjadi benteng Fort Roterdam), Benteng Tallo, Benteng Ujung Tanah, Benteng Panakukang, Benteng Kale Gowa, Benteng ana' Gowa, Benteng Galesong, Benteng sanrabone, Benteng Barombong, Banteng Mariso, Benteng Garassi, Benteng Baroboso' Menurut Saya tidak ada kerajaan di Nusantara yang memiliki Benteng sebanyak Kerajaan Gowa-Tallo. 8. Masa Ke Emasan Kebesaran imperium Gowa-Tallo sebagai penguasa lautan mulai dirintis sejak abad ke 15 pada masa pemerintahan KaraEng Same' ri Liukang (Karaeng Samarluka), beliau adalah Raja Tallo ke2 yang menyerang Malaka dan berhasil menduduki kerajaan Samudera Pasai bersama 200 Kapal Perangnya. Banyak bukti yang menunjukkan kepiawaian Suku Makassar mengarungi dan menaklukkan laut hanya dengan perahu layar. Salah satu bukti tertulis adalah catatan Tome Pires yang dianggap sebagai sumber Barat tertulis yang paling tua. Dalam laporannya Pires mengemukakan: “Orang-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, negeri Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara Pahang dan Siam”. Pieter Van Dam (seorang penulis VOC pada abad ke-XVII) menguraikan dalam bukunya, "Beschrijving van de Oost-Indische Compagnie 2de Boek 5de Capittel" (Uraian Kompeni Hindia Timur Buku ke2 Bab ke5), bahwa : "Kerajaan Makassar, terletak di pulau besar Celebes, sebelum ini sangatlah termahsyur. Pertama karena perniagaannya, selain dari pada itu karena keunggulannya berperang yang sangat hebat". Pada bagian lain bukunya tersebut, ia mengatakan : " orang-orang arif yang mengenal keadaan Makassar, menganggap adalah suatu yang mustahil, pun orang-orang Muslim dan kafir dimana saja di kawasan Timur tidak dapat percaya, bahwa orang-orang Belanda Akan dapat mengalahkan Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''

''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''