Malino Sebagai Jendela Alam

Malino sebagai jendela Alam

Alam sebagai anugrah Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan, inilah konsep sehingga penulis menganggap Malino sebagai jendela Alam. Udaranya yang sejuk dan pemandangan alam yang begitu asri, damai dan tenang membuat pengunjung benar – benar merasakan keindahan Malino.

Sebagai seorang Pelajar/Mahasiswa tentunya banyak teman – teman dari luar kabupaten bahkan luar provinsi yang selalu membicarakan dan ingin ke malino. Dilingkungan teman – teman sayapun yang kebetulan dari luar Sul – sel menganggap Malino sebagai Kabupaten, ini rasanya aneh dan lucu karena Malino hanyalah Kelurahan ternyata di anggap sebagai kabupaten.

Malino sebagai jendela Alam ini Faktanya  ada beberapa teman yang hanya mengetahui Malino ketimbang Gowa, ‘’hehehe’’, ke anehan lain adalah setelah satu rombongan berkunjung Kemalino beberapa tahun yang lalu dalam kegiatan kemahasiswaan,  salah satu dari rombongan menanyakan  Lampu merah yang ada di Malino.

Entah apa yang menjadi bayangan dalam pikiran teman – teman  kenapa sampai mencari lampu merah. Apakah mereka menganggap melino sebagai kota yang besar sehingga mempunyai lampu merah, namun inilah ke unikannya karena malino sebagai jendela alam telah mampu mengantarkan daerah ini untuk sampai dikenal oleh masyarakat luas.

Mengapa penulis sampai menyatakan Malino sebagai jendela alam itu karena  banyak di antara para pecinta Alam rela untuk sampai ke Malino tepatnya di Lembanna untuk mendaki Gunung ke Gunung Bawakaraeng.

Malino sebagai Jendela Alam Karena Mempunyai Banyak Keindahan Alam atau tempat Wisata :

-                Air Terjung Takapala / Air Terjung Ketemu Jodoh

-                Lembah Biru

-                Hutan Pinus ( lapangan Tembak )

-                 Malino Highlands ( kebun Teh )

Semoga dari cerita singkat ini mampu mengantarkan kita, lebih mencintai Malino. I love Malino