Bagi seorang
Muslim, iman adalah bagian paling mendasar dari kesadaran keagamaannya. Dalam
berbagai makna dan tafsirannya, perkataan iman menjadi bahan pembicaraan di
setiap pertemuan keagamaan, yang selalu disebutkan dalam rangka peringatan agar
dijaga dan diperkuat.
Iman itu, sebagaimana senantiasa diingatkan oleh para
mubaligh, terkait erat dengan amal. Amal yang praktis itu
merupakan tuntutan langsung iman yang spiritual. Tidak ada iman tanpa amal, dan
muspralah amal tanpa iman. Juga digunakan istilah-istilah lain untuk
menunjukkan eratnya hubungan antara dua aspek jalan hidup yang benar itu,
seperti takwa dan akhlak, serta tali hubungan dengan Allah dan tali hubungan
dengan sesama manusia. Juga mengarah ke pengertian
itu ialah keterkaitan antara shalat dan zakat, serta, dari sudut komitmen
keji-waan, takbîr (bacaan Allâhu Akbar) di awal shalat dan
taslîm (bacaan assalamu‘alaikum) pada akhir shalat. Masih terdapat
satu lagi bentuk kesadaran
seorang Muslim, yang bersama dengan kesadaran keimanan dan amal-perbuatan
membentuk segitiga pola hidup yang kukuh dan benar, yaitu keilmuan. Seolah menengahi
antara iman dan amal itu dari segi¾sebagaimana ibadah juga menengahi antara keduanya dari segi yang lain¾ilmu adalah bentuk kesadaran Muslim yang juga amat
sentral.
Para ulama banyak sekali
mengemukakan sabda-sabda Nabi Saw. tentang pentingnya ilmu, seperti “Barangsiapa
menempuh jalanan dan di situ ia mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga”; “Carilah ilmu, sekalipun di negeri Cina”; “Menuntut
ilmu adalah kewajiban atas setiap orang Muslim, lelaki dan perempuan,” dan
“Carilah ilmu, sejak dari buaian sampai liang kuburan,” dan lain-lain
banyak sekali.
“Kelebihan orang berilmu (‘âlim)
atas orang beribadah (‘âbid) bagaikan kelebihan rembulan di waktu malam ketika
ia purnama atas sekalian bintang-bintang”. Sebuah firman Ilahi yang sering
dikutip dalam rangka pandangan ini ialah, …Allah mengangkat orang-orang
beriman di antara kamu dan yang dikaruniakan kepadanya ilmu bertingkat-tingkat
(lebih tinggi)” (Q., 58: 11). Muhammadiyah, sebuah organisasi reformasi
Islam di tanah air yang amat besar pengaruhnya, menggunakan firman itu sebagai
salah satu motto gerakannya.
Juga sering dikaitkan dengan pandangan Islam mengenai
ilmu ini adanya perintah Tuhan, langsung maupun tidak, kepada manusia untuk
berpikir, merenung, bernalar, dan lain sebagainya. Banyak sekali seruan dalam
Kitab Suci kepada manusia untuk mencari dan menemukan Kebenaran dikaitkan
dengan peringatan, gugatan, atau perintah supaya ia berpikir, merenung, dan
bernalar. Al-Quran. Salah satunya ialah, “Apakah mereka tidak merenungkan
Al-Quran, ataukah pada hati (jiwa) mereka ada penyumbatnya?” (Q., 47: 24).
Juga perkataan ‘ibrah (bahan renungan atau pelajaran), yang disebutkan
dalam Kitab Suci sebanyak 6 kali, antara lain, Dalam kisah-kisah mereka itu
sungguh terdapat bahan pelajaran bagi orang yang berpengertian mendalam....
(Q., 12: 111).
inimi kriteria yang disebutkan oleh ayah saya. pesan yang turun temurun namun teksnya masih berbahasa bugis (Traslate "Iman, Amal dan Ilmu") untuk mencari Wewek/Pasangan(bahasa yang dipakai keluargaku)
BalasHapusbener banget bro bahkan di kitab ihya ulumudin karya imam ghozali diawal perjumpaan langsung membahas tentang ini dan hadist di atas
BalasHapusSubehanallah, betapa mulia orang2 yang beriman lantas mereka juga berilmu dan beramal sholeh.
HapusSungguh Mulia dan beruntunglah kita jika kreteria yang ada diatas ada dalam diri kita...
BalasHapusSalam Iman, Amal dan Ilmu
betul sekali, tapi kalau itu tidak ada bisalah kita mencari pasangan yang bisa melengkapi itu semua.
Hapushehehe, harapanku
InsaAllah itu sudah ada, tinggal mempermantap....
Hapus