Selasa, 15 Januari 2013

Iman, Amal dan Ilmu


 Bagi seorang Muslim, iman adalah bagian paling mendasar dari kesadaran keagamaannya. Dalam berbagai makna dan tafsirannya, perkataan iman menjadi bahan pembicaraan di setiap pertemuan keagamaan, yang selalu disebutkan dalam rangka peringatan agar dijaga dan diperkuat.
            Iman itu, sebagaimana senantiasa diingatkan oleh para mubaligh, terkait erat dengan amal. Amal yang praktis itu merupakan tuntutan langsung iman yang spiritual. Tidak ada iman tanpa amal, dan muspralah amal tanpa iman. Juga digunakan istilah-istilah lain untuk menunjukkan eratnya hubungan antara dua aspek jalan hidup yang benar itu, seperti takwa dan akhlak, serta tali hubungan dengan Allah dan tali hubungan dengan sesama manusia. Juga mengarah ke pengertian itu ialah keterkaitan antara shalat dan zakat, serta, dari sudut komitmen keji-waan, takbîr (bacaan Allâhu Akbar) di awal shalat dan taslîm (bacaan assalamu‘alaikum) pada akhir shalat. Masih  terdapat  satu  lagi bentuk kesadaran seorang Muslim, yang bersama dengan kesadaran keimanan dan amal-perbuatan membentuk segitiga pola hidup yang kukuh dan benar, yaitu keilmuan. Seolah menengahi antara iman dan amal itu dari segi¾sebagaimana ibadah juga menengahi antara keduanya dari segi yang lain¾ilmu adalah bentuk kesadaran Muslim yang juga amat sentral.
            Para ulama banyak sekali mengemukakan sabda-sabda Nabi Saw. tentang pentingnya ilmu, seperti “Barangsiapa menempuh jalanan dan di situ ia mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”; “Carilah ilmu, sekalipun di negeri Cina”; “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang Muslim, lelaki dan perempuan,” dan “Carilah ilmu, sejak dari buaian sampai liang kuburan,” dan lain-lain banyak sekali.
            Kelebihan orang berilmu (‘âlim) atas orang beribadah (‘âbid) bagaikan kelebihan rembulan di waktu malam ketika ia purnama atas sekalian bintang-bintang”. Sebuah firman Ilahi yang sering dikutip dalam rangka pandangan ini ialah, …Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan yang dikaruniakan kepadanya ilmu bertingkat-tingkat (lebih tinggi)” (Q., 58: 11). Muhammadiyah, sebuah organisasi reformasi Islam di tanah air yang amat besar pengaruhnya, menggunakan firman itu sebagai salah satu motto gerakannya.
            Juga sering dikaitkan dengan pandangan Islam mengenai ilmu ini adanya perintah Tuhan, langsung maupun tidak, kepada manusia untuk berpikir, merenung, bernalar, dan lain sebagainya. Banyak sekali seruan dalam Kitab Suci kepada manusia untuk mencari dan menemukan Kebenaran dikaitkan dengan peringatan, gugatan, atau perintah supaya ia berpikir, merenung, dan bernalar. Al-Quran. Salah satunya ialah, “Apakah mereka tidak merenungkan Al-Quran, ataukah pada hati (jiwa) mereka ada penyumbatnya?” (Q., 47: 24). Juga perkataan ‘ibrah (bahan renungan atau pelajaran), yang disebutkan dalam Kitab Suci sebanyak 6 kali, antara lain, Dalam kisah-kisah mereka itu sungguh terdapat bahan pelajaran bagi orang yang berpengertian mendalam.... (Q., 12: 111).
           

6 komentar:

  1. inimi kriteria yang disebutkan oleh ayah saya. pesan yang turun temurun namun teksnya masih berbahasa bugis (Traslate "Iman, Amal dan Ilmu") untuk mencari Wewek/Pasangan(bahasa yang dipakai keluargaku)

    BalasHapus
  2. bener banget bro bahkan di kitab ihya ulumudin karya imam ghozali diawal perjumpaan langsung membahas tentang ini dan hadist di atas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subehanallah, betapa mulia orang2 yang beriman lantas mereka juga berilmu dan beramal sholeh.

      Hapus
  3. Sungguh Mulia dan beruntunglah kita jika kreteria yang ada diatas ada dalam diri kita...

    Salam Iman, Amal dan Ilmu

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali, tapi kalau itu tidak ada bisalah kita mencari pasangan yang bisa melengkapi itu semua.

      hehehe, harapanku

      Hapus
    2. InsaAllah itu sudah ada, tinggal mempermantap....

      Hapus

'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''

''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''