Jumat, 25 Januari 2013

‘’Menghilang tanpa jejak, karena tidak ingin Golput’’


Beberapa hari menghilang tanpa jejak dari dunia Blog rasanya rindu dengan sahabat – sahabat blogger, Maaf sahabat – sahabat blogger saya tidak pamit. Gambaran dari menghilang tersebut karena saya tidak ingin Golput, demi mengikuti  kegiatan pemilihan pilgub Sul – sel, rasa tidak ingin Golput tersebut akhirnya kembali kekampung halaman Desa Kanreapia dimana surat panggilan berada di salah satu TPS Desa Tersebut. Mengingat satu suara sangatlah berarti dalam menentukan pemenan dari pesta Demokrasi dan dari pandangan itu pula mudah – mudahan sul – sel kedepan lebih banyak kesadaran dari masyarakat untuk tidak golput,  karena  hasil dari survey pasca pemilihan Gubernur maka Sulawesi Selatan masih terbilang tinggi tingkat golputnya.
Sosialisasi KPU mengenai Golput ini sudah jauh hari dilakukan, dengan menyampaikan bahwa golput bukan solusi untuk tidak memilih pemimpin yang berkualitas. Sehingga melalui moment pemilihan Gubernur ini akhirnya diri ini berfikir bahwa harus memulai dari diri sendiri untuk tidak golput, sebelum mengingatkan kepada orang lain maka sebaiknya harus memulai dari diri sendiri. Akhirnya senin siang berangkat dengan mengendarai  Honda beat, dengan tujuan menuju Malino. Terhitung 2 jam perjalanan akhirnya saya sampailah di kampung di Malino, istilah malino dikenal secara luas oleh masyarakat Makassar,  istilah ini mengcakup keseluruhan  daerah atau desa dan kecamatan yang ada di tiga kecamatan ( Tombolo Pao, Tinggi Moncong dan Parigi ). Ini susah dipahami sebelum dijelaskan lebih lanjut, begini penjelasannya “ kami yang berasal dari Desa Lain Contoh, saya yang berasal dari Desa Kanreapia, ketika berada di Makassar dan ketemu dengan teman – teman yang berasal dari daerah lain, biasanya jawaban asal daerah kami adalah dari Kab. Gowa atau dari Malino’’. Padahal sebenarnya asal desa kami dilewati Malino,  kecamatannya pun sudah berbeda dengan Malino.
Malino adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tinggi Moncong sedangkan Kanreapia adalah salah satu Desa yaang berada di Kecamatan Tombolo Pao, begitu pula dengan Kec. Parigi, Mahasiswa yang berasal dari kecamatan ini menjawab dan mengakui dari Malino jika di tanya oleh kawan – kawannya yang berasal dari daerah lain. Ini sudah jelas berbeda dan berjauhan, tetapi faktanya Malino mampu mengcakup keseluruhan daerah ini, mampu menjadikan tiga kecamatan ini sebagai asal daerah para perantau. Malino memang Indah dan penuh pesona di tambah dengan Pengenalannya mampu mengambil alih tiga kecamatan.
Kembali ke jejak yang menghilang tanpa jejak tersebut, akhirnya sampailah saya di kampung halaman, tertulis dengan jelas di perbatasan Kecamatan. Selamat datang di Kecamatan Tombolo Pao, batas kecamatan ini dihubungkan dengan satu jembatan karena adanya sungai Tanggara. Sungai ini menghubungkan dua kecamatan yang ada di Kab. Gowa. Sesampainya dijembatan ini Tubuh langsung terasa menggigil dan bukan Desa Kanreapia namanya jika sampai di desa ini dan tubuh tidak menggigil, karena Desa ini memang terkenal dengan daerah yang sangat dingin. Setelah melewati jembatan Tanggara, terlihatlah pemandangan bawang perei dan beberapa sayuran lain yang tumbuh di desa ini. Pemandangan dan orang – orang atau masyarakat yang kebetulan berdiri di pinggir jalan melihat dan mencoba mengenali, mereka tersenyum manis menandakan bahwa mereka mengenali saya, itu karena kebetulan sudah beberapa bulan saya tidak pulang kampung, sehingga mereka harus lebih teliti sebelum tersenyum kepada seseorang.
Jarak 20 meter terlihatlah rumah warna hijau, rumah ini membuat diri ini tersenyum manis dan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil Alamin, karena akhirnya sampai juga dirumah. Sampai dirumah langsung di sambut oleh ibu tercinta yang lama di rindukan dalam perantauan, kata – kata pertama  yang keluar dari mulut ibunda tercinta adalah ‘’Mallina Nampa nu Rieng Asseng’’.  Arti dalam bahasa Indonesianya adalah ‘’Kenapa lama sekali baru pulang kampung lagi’’. Diri ini hanya tersenyum kepada ibunda tercinta dan akhirnya kamipun sama – sama melangkah menuju pintu rumah, selang 5 menit ibunda sudah menghampiri kembali dengan membawa segelas Susu, inilah yang membuat diri ini selalu merindukan ibunda karena perhatiannya kepada anaknya.
Mudah – mudahan diri ini mampu membalas semua jasa – jasa ibunda, Amin. Tak lama kemudian akhirnya ada panggilan dari Bapak Kepala Dusun Bonto lebang untuk Ke rumahnya, tujuannya adalah untuk menandatangani salah satu syarat menjadi salah satu bagian dari Panitia TPS atau menjadi KPPS pemilihan Gubernur Sulawesi – selatan. Ini menjadi salah satu kejutan karena di percayakan menjadi ketua KPPS di TPS II ( dua ) Kanreapia. Jabatan ini mungkin sebagian orang menganggap kecil tetapi bagi saya ini sangatlah besar karena tanggung jawabnya cukup besar, kenapa bisa menjadi urgen karena menyangkut pemimpin no satunya Sulawesi – selatan. Skala TPS mampu mengcakup satu provinsi, inilah yang membuatnya penuh tanggung jawab, dari tiap – tiap TPS-lah yang menentukan sukses dan berjalannya pesta demokrasi Sulawesi – Selatan. Di tiap TPS – TPS-lah suara rakyat di kumpulkan dan di TPS – TPS-lah rakyak bisa menyuarakan pilihannya.
Hari Selasa Pagi tepatnya hari Pemilihan Gubernur Sulawesi – Selatan, tanggal 22 Januari 2013, pukul 07 – 00 Wita dengan bertindak sebagai ketua KPPS Tps II maka secara resmi sesuai instruksi dari KPU maka pukul 07 – 00 wita pemungutan/Pencoblosan di  TPS II Secara resmi di buka. Dengan ini pula maka mulailah bekerja Ke 7 anggota KPPS, di mulai dengan pendaftaran DPT para pemilih, dan masyarakat mulai berdatangan untuk menyuarakan suara atau pilihannya. Dimulai jam 07 -00 dan di tutup tepat jam 13 – 00 wita. Inilah hasil penghitungan suara tersebut No 1 memperoleh suara 34, no 2 memperoleh suara terbanyak yakni 383 dan no 3 memperoleh suara tiga, adapun suara yang tidak sah ( Batal ) sebanyak 7 suara. Inilah hasil dari pemungutan suara di TPS II desa Kanreapia.
Perputaran waktu akhirnya membuat saya mesti kembali ke Makassar, hari jum’at siang dengan mengendarai kendaraan yang sama Honda Beat. Melaju dengan kecepatan 40 sampai 60, akhirnya sampai juga di Makassar. Pengalaman dan kebersamaan keluarga harus di simpang dalam hati, karena mau tidak mau harus jauh dari mereka, itu semua demi cita – cita yang mulia yakni menimba ilmu pengetahuan di salah satu kampus swasta di Makassar.
Inilah cerita singkat mengenai perjalanan yang di beri label ‘’menghilang tanpa jejak karena tidak ingin Golput’’. Saran dan kritik yang membangun di nantikan penulis, sehingga kedepan setiap perjalanan penulis mampu di tulis dan gaya penulisannya lebih terstruktur. Sekian dan terima kasih.

6 komentar:

  1. keren!, kronologinya tertata baik, geneloginya cukup, juga dilengkapi dengan nilai. saya kira ini akan menjadi sejarah yang mantap dikemudian hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih butuh belajar,
      supaya lebih tertata lebih rapi, dan enak dibaca...
      Makasih Abang...

      Hapus
  2. Nilai yang memang harus dibangun adalah,
    bagaimana kemampuan diri, menceritakan dan mengisahkan
    perjalanan - perjalanan yang telah kita lalui.
    sehingga siapapun yang membacanya bisa menilai
    dan memberikan makna akan kisah kita...

    Sangat menarik Kanda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisah dan makna dua kata yang berbeda, tetapi ketika keduanya mampu menyatu, maka yakin dan percaya akan menghasilkan Cerita yang penuh nilai dan arti...

      Hapus
  3. Perjalanan yang menarik...
    pilkada yang seharusnya diikuti oleh semua masyarakat sul-sel yang telah memenuhi syarat,
    namun, terbukti masih banyak yang memilih “golput”,,,
    termasuk diri saya sendiri, tetapi bukan berarti menganggap hal ini tidak penting, hanya saja ada hal-hal yang tidak bisa ditinggalkan, seperti kegiatan perkuliahan.
    apalagi perjalanan ke daerah butuh waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan perjalanan penulis ke daerahnya menghadiri pilkada,,
    apalagi penulis adalah ketua KPPS didaerahnya, maka itu adalah amanat yang harus dijalankan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini adalah salah satu pengakuan, dari sekian banyak warga sul - sel yang Golput, tetapi saya bangga atas pengakuan itu...
      Makasih Komennya...

      Hapus

'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''

''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''