Hari Selasa Pukul 14-00 atau kurang lebih jam
Dua – an , saya berangkat dari rumah di Sungguminasa Kab. Gowa menuju Kampung
Halaman, kami berangkat bersama 3 orang sebutlah Rudi ( Adik saya ) dan Ido’ (
Adik dari kakak Ipar saya ). Sepanjang
perjalanan sebelum sampai di Bili – bili kami hanya membahas soal jalan dan
bendungan yang selama ini di beritakan bahwa Bili – bili akan jebol atau
masyarakat tidak bisa melintas karena jalan retak dan parah. Dari info inilah akhirnya niat dalam hati untuk melihat secara langsung akan kondisi bili
- bili yang sebenarnya ada dalam hati. Sudah beberapa hari mulai dari awal
Tahun baru sudah di beritakan akan kondisi Bili – bili barulah tanggal 08 – 01 – 2013 kemarin saya bisa melihat
secara langsung Fenomena alam ini. Itu semua karena kesibukan Kuliah di PPs Umi
Makassar.
Sepanjang perjalanan juga kami
sempat berpapasan dengan Mobil Tagana ( Taruna Siaga Bencana ), sayapun sempat membahasnya, kalau Tagana ini selalu siap siaga kalau ada bencana
alam sesuai dengan namanya. Singkat cerita dalam perjalanan akhirnya kamipun
sampai seperti terlihat di Foto,
itulah kondisi saat saya melintas. Kondisi
yang ada adalah jalur yang di gunakan pengguna jalan haruslah bergantian
melintas, karena hampir separuh jalan terbawa longsor dan separuhnya lagi masih
seperti sebelumnya masih bisa di gunakan oleh pengguna jalan.Yang perlu di garis bawahi bersama hanyalah Mobil Besar
( Fuso ) atau mobil 10 roda yang tidak di biarkan melintas, itu karena di
takutkan akan membuat tambah parah retak atau longsornya jalan ini. Karena
mobil Fuso ini terbilang mobil yang berat jika membawa muatan.
Apa yang selama ini saya dengar
membuat saya penasaran akan hal tersebut, sehingga setelah saya melihat secara
langsung dapat saya simpulkan tidak separah berita yang pernah saya dengar dan
di infokan oleh orang – orang yang
pernah melintas disana, hanya mungkin akan berbeda memang dengan kondisi normal
dari sebelumnya selama musim kemarau dan setelah retaknya jalan Bili – bili
ini.
Bahasa yang tepat untuk wajah
Bili – bili sekarang adalah jalan masih tetap bisa di lintasi dan proses
perbaikan untuk kondisi normalnya kembali sementara dalam perbaikan.
Banyak juga orang – orang yang
peduli akan kondisi dan keselamatan
pengguna jalan, mereka rela berdiri di
ujung titik satu dan ujung titik dua dari longsor jalan tersebut untuk
memberikan arahan kepada pengguna jalan untuk di biarkan melintas.
Titik Longsor ini berada
sebelum Bendungan Bili - Bili, tidak
jauh dari bendungan Bili – bili tersebut, kondisi air bendungan bili – bili
juga dapat di gambarkan bahwa kondisi air memang berbeda dari musim kemarau
tahun 2012 lalu, Logikanya karena awal tahun 2013 sudah mulai masuk musim hujan
sehingga wajar dan seharusnya kondisi waduk atau suatu bendungan akan naik.
Menurut penulis ini wajar karena
sekarang adalah musimnya, ( musim Hujan ), sehingga air akan tergenang dan
mengalir ke bendungan ini dan akhirnya di anggap tinggi dan rawan oleh mata dan cara pandang yang
berbeda. Masyarakat Makassarpun selalu Was – was jika mendengar bendungan bili
– bili akan jebol, karena di anggap akan
meluluh – lantahkan Makassar karena Makassar akan Sunami.
Lagi – lagi teringat oleh Visi
Makassar yaitu Makassar menuju
Kota Dunia tahun 2025 . Semoga Visi
itu mampu dan bisa menjauhkan hal – hal yang tidak di inginkan. Amin....
Demikialah perjalanan kami, semoga bisa menjadi bahan informasi dan terima kasih...!!!
Tuntas saya membacanya.
BalasHapusMusibah maupun bencana berpotensi terjadi di manasaja,
penting kiranya kita waspada terhadap semua itu.
Oya, kalo kembali kesungguminasa, jangan lupa sebiji tomat, kol, sawi, buncis masing-masing sebuah. hehehe,
salama'ki
Masih banyak yang tertinggal dari pulang kampung singkat saya. karena pada saat saya posting ini, saya sudah ada di sungguminasa kembali.
HapusYang tertinggal di antaranya ada beberapa titik longsor hingga akhirnya sampai di Malino. dan yang membuat aktifitas terganggu adalah penerang. Alias listrik mulai dari Bili - bili sampai kampung tidak menyala...