Rabu, 02 Januari 2013

Hujan


Antara berkah dan musibah ini akan coba saya imajinasikan dalam pikiran saya pada hari ini.
Ini adalah realita yang terjadi setiap tahunnya, di seluruh tanah air Indonesia, sebelum lebih jauh membahas antara berkah dan Musibah ini, mungkin akan lebih afdol ‘’katanya’’ jika kita sama – sama menimbulkan satu pertanyaan :
Kapan Hujan jadi berkah  dan kapan jadi Musibah...???
Hal yang penting juga di lihat adalah lokasi yang menjadi tempat tinggal masyarakat, karena 2 tempat yang akan menjadi bahan kajian kita bersama...
‘’Pertama’’.....
Orang Desa akan merasa bersyukur berkat turunnya hujan akibat dari Pasca musim kemarau, karena dengan turunnya hujan setiap hari akan menjadikan produktifitas keseharian mereka lebih bertambah. Masyarakat di pedesaan menjadikan moment musim hujan sebagai waktu untuk bercocok tanam. Banyak hal dan jenis yang bisa di tanam oleh masyarakat desa jika musim hujan datang. Ini berarti hujan di anggap berkah bagi petani di desa
Berbeda dan ini yang Ke ‘’Dua’’
Mayarakat yang ada di perkotaan  musim hujan atau hujan setiap hari membuat aktifitas mereka tertunda, dan ini di anggap sebagai penghalang aktifitas mereka. Di Tambah masyarakat yang mata pencaharianya  sebagai seorang pedagang kaki lima akan mengurangi penghasilannya. 
Beberapa faktor juga kenapa Hujan di anggap malapetaka karena adanya beberapa titik ( lokasi ) yang langganan dengan banjir sehingga setiap tahunnya mereka harus mengungsi atau di ungsikan oleh keterpakasaan karena banjir.
Di beritakan juga oleh media bahwa jika banjir terjadi di kota Metropolitan maka kerugian Negara mengalami kerungian yang terbilang besar, ini karena aktifitas perputaran ekonomi tertunda.
‘’Namun wacana hanya sebatas wacana’’
Sebab kesimpulanya ada di tangan kita masing – masing :
Antara berkah dan musibah tergantung dari cara dan sikap kita menyikapinya, apakah kita sebagai orang yang hidup di desa yang bersyukur dan memaknai secara positif  akan musim hujan dan/ atau kita sebagai orang desa yang tinggal di Kota merasakan Malapetaka Karena hujan sebagai penghambat aktifitas...
‘’Intinya tetap bersyukur dengan apa yang ada’’

9 komentar:

  1. kalu Q menanggapinya bahwa musibah maupun bencana ini adalah teguran (agar manusia tidak melampaui batas dalam memanfaatkan sumber daya alam) sekaligus sebagai peringatan (untuk manusia agar kembali beramal bakti sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan dalam hukum islam)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inilah yang kemudian perlu di pikir dan di bahas lebih dalam lagi, Apakah Hujan memang sebenarnya Anugrah atau memang Bencana...???

      Hapus
  2. Mungkin Obat Herbal,
    telur sama madu yang kita butuhkan,
    untuk Membahas soal Hujan ini...

    hehehe...
    Karena sekarang memang sudah waktu dan Musimnya.
    Obat Herbal itu untuk menjaga ketahanan tubuh untuk mengungsi dari banjir....

    Dan tetap tawakkal sama Tuhan yang Maha Kuasa, atas evaluasi kejadian banjir, karena banjir mungkin terjadi akibat kelalaian kita sendiri, seperti membuang samppah sembarangan sehingga renase atau kanal - kanal tersumbat...

    BalasHapus
  3. kalo begitu, bagilah telur alami dari Kanreapia. hehehe,

    jangan lupa madunya juga

    BalasHapus
  4. tidak ada musibah melainkan manusia sendiri yang mencarinya. pesan dari Bung Haris yang juga didapatnya dari guru Spiritualnya.

    BalasHapus
  5. Kapan kita serah terimanya Bang Haris,
    telur sama Madunya...

    Hehehe...
    sedikit bercanda...

    BalasHapus
  6. kak Aswita,

    semoga Bang Haris Mau berbagi ILmu...

    hehehe...

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Itu kutipan Pak Jeka,
      kalau tidak salah....

      namun saya tetap sepakat, untuk apa menunda kalau kesempatan sudah di depan mata...

      hehehe...
      ky"x sdh lari dari pembahasan inti...

      Hapus

'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''

''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''