BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keluarga dikenal
sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga utama. Karena itu peran dan
pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi perkembangan anak. Apa yang diberikan
dan dilakukan oleh keluarga akan menjadi sumber perlakuan pertama yang akan
mempengaruhi pembentukan karakteristik perilaku dan pribadi anak. Perlakuan
pada masa awal kehidupan anak yang terjadi dalam keluarga sangat memegang peran
kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadiannya tersebut.
Sebagian besar waktu
anak akan dihabiskan di keluarga, jika kesempatan yang banyak diisi dengan
hal-hal yang positif, maka akan memberikan kontribusi yang positif pula untuk
anak. Karakteristik hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak
dengan pihak-pihak lainnya di sekitar mereka. Kepada orang tua, selain si anak
memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan psikologis
tertentu yang sejak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih sayang
dan pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak
mewujudkan keadaan yang apa adanya dan bersifat “asli”, tidak seperti hubungan
anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu menekankan formalitas karena
terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu bisa
membangun keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya.
Sedangkan Pengaruh
keluarga akan sangat bervariasi tergantung pada bentuk, kualitas, dan
intensitas perlakuan yang terjadi serta pada kondisi anak itu sendiri. Namun
prinsip-prinsip yang dimiliki orang tua untuk bahan rujukan dalam membimbing
anak tersebut tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur pribadi anak yang unik.
Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan baik dalam hal
penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Sedangkan Dalam hal
pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan
perilaku-perilaku lainnya pengaruh keluarga sangatlah kuat dan bersifat
langsung. Keluarga berfungsi sebagai lingkungan kehidupan nyata dalam
pengembangan aspek-aspaek perilaku tersebut.
Pada umumnya setiap
orang tua memiliki gaya atau pola asuh yang berbeda-beda dalam mensikapi
anak-anaknya. Orang tua yang otoriter akan menerapkan seperangkat peraturan
bagi anaknya secara ketat dan sepihak. Orang tua yang permisif akan cenderung
memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol.
Sedangkan orang tua yang otoritatif akan memberikan seperangkat peraturan yang
jelas yang akan dilakukan dengan pemahaman, bukan paksaan. Sehingga
peraturan-peraturan yang diberikan akan dimengerti si anak dengan pengontrolan
orang tua dalam suasana hubungan yang hangat dan dialog yang terbuka.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
peran keluarga sebagai awal interaksi sosial...............?
2. Bagaimanakah
polah asuh yang diterapkan orang tua dalam sebuah keluarga..?
BAB II
ANALISIS SOSIOLOGI DALAM KELUARGA
A. PERAN KELUARGA SEBAGAI AWAL DARI
INTERAKSI SOSIAL
Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan . Keluarga merupakan agen sosialisasi
pertama bagi inidividu karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi
individu untuk mendapatkan nilai-nilai baru yang nantinya akan berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Hampir setiap individu memiliki
keluarga. Karena manusia sendiri ada karena adanya suatu proses yang terjadi
yang dijalankan oleh fungsi lembaga keluarga yaitu perkawinan. Melalui
perkawinan inilah akan tercipta generasi-generasi berikutnya yang akan
menggantikan dan meneruskan keberlangsungan suatu keluarga dimasa mendatang.
Keluarga dikatakan sebagai suatu oragnisasi
yang mana interaksi yang terjadi didalamnya lebih intim dan intrapersoanal
dimana masing-masing anggota dalam suatu keluarga dimungkinkan mempunyai
intensitas hubungan satu sama lain terjadi secara continuoe dan terus menerus.
Komunikasi dalam keluarga menjadi penting karena melalui komunikasi inilah
suatu proses pembagian peran, sosialisasi nilai dan berbagai hal lainnya
terjadi dalam suatu keluarga. Suatu keluarga dalam masyarakat akan berjalan
dengan harmonis dalam proses perjalannya ketika keluarga tersebut menjalankan
fungsi-fungsinya secara optimal.
Sosialisasi
dan pola asuh orang tua merupakan bagian dari fungsi keluarga, dimana fungsi
keluarga secara utuh dapat dijelaskan secara sosiologis ( Melly dalam Busono,
2005 ), keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk mencapai suatu
masyarakat sejahtera yang dihuni oleh individu (anggota keluarga) yang bahagia
dan sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati sebagai tugas yang harus
diperankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil.
Lebih
lanjut dijelaskan bahwa, berdasarkan pendekatan budaya dan sosiologis, fungsi
keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
Bagi
pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual dan
mendapatkan keturunan. Fungsi ini memberi kesempatan hidup bagi setiap
anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu.
2. Fungsi Pendidikan
Fungsi
pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk mengkondisikan kehidupan
keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar di
antara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peran
utama dalam proses pembelajaran anak-anaknya, terutama di kala mereka belum
dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan, dan teladan.
3. Fungsi Beragama
Fungsi
beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan, membimbing,
memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai
kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua,
sebagai seorang tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan iklim
keagamaan dalam kehidupan keluarganya.
4. Fungsi Perlindungan
Fungsi
perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota
keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam
maupun dari luar kehidupan keluarga.
5. Fungsi Sosialisasi Anak
Fungsi
sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi anggota
masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai
penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma
sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga
pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap
lingkungannya.
6. Fungsi Kasih Sayang
Keluarga
harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin
yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial
masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat
ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih
sayang. Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam
menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.
7. Fungsi Ekonomis
Fungsi
ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam
fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan
perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
8. Fungsi Rekreatif
Suasana
Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dalam
kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan
pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari.
9. Fungsi Status Keluarga
Fungsi
ini dapat dicapai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi
keluarga ini menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga dibandingkan
dengan keluarga lainnya.
B. Peran Orng Tua Dalam Pola Asuh
Anak
Seharusnya
para orang tua memperhatikan pola asuh terhadap anak, karena hal ini dapat
berdampak besar pada perkembangan anak. Pola asuh yang harus diperhatikan
diantaranya adalah :
1. Pola asuh dalam mendidik anak dan mengontrol anak dalam
pergaulan sehari-hari. Kaitannya dengan kasus diatas adalah ketika sang anak
bergaul dengan anak sebayanya yang seringkali memakan junk food, seharusnya
sikap orang tua selain mendidik juga mengontrol dan memberi nasihat pada anak
tentang bahaya yang dapat ditimbulkan akibat junk food.
2. Pola asuh di bidang kesehatan. Seharusnya
orang tua memperhatikan bagaimana pola makan anak, bagaimana sikap anak pada
orang tua, memperhatikan kebersihan anak, dan memperhatikan asupan gizi pada
anak. hal ini juga dapat dilakukan dengan tindakan sebagai beriku :
a. Memberitahukan pada anak untuk mengurangi
konsumsi makanan instan atau cepat saji. Sebab di dalam makanan instan terdapat
zat pengawet yang jika dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi
kesehatan.
b. Memberitahukan pada anak untuk berolah raga
secara rutin.
c. Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk
dikonsumsi.
d. Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak
minum air putih.
e. Membuatkan bekal makanan yang bergizi bagi
anak ketika sekolah, dll
3.
Memberi pemahaman tentang hak-hak anak.
Hal ini bertujuan untuk mengajarkan pada anak tentang tanggung jawab yang
nantinya akan dipikulnya.
4. Pola asuh dalam bidang religiusitas, yaitu
anak diajarkan untuk mengenal lebih dalam mengenai agamanya, misalnya syahadat,
sholat, membaca Al-Qur’an, puasa, beramal, dll. Dengan demikian, mereka bisa
dengan mudah mengajak anak-anak untuk beribadah dan mendapat guru mengaji yang
dapat menasihati mereka agar tidak melakukan penyimpanga.
C. PERUBAHAN PERAN DALAM KELUARGA
Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Ayah sebagai suami dari istri dan
anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Anak-anak sebagai anggota keluarga
melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Pada
dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para
anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada
dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya
sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5.
Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam
masyarakat yang lebih luas.
8.
Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi
yang dijalankan keluarga adalah :
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana
keluarga men
2. Fungsi Sosialisasi anak
dilihat dari bagaimana keluarga memp didik dan menyekolahkan anak untuk
mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. ersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana
keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana
keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui
kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan
lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana
kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa
aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga.
Banyak
hal yang mempengaruhi akan perubahan peran dalam keluarga, diantaranya sebagai
berikut:
1. Kekacauan
Yaitu
pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial
jika salah satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban
peran mereka secukupnya. Ada beberapa macam yang termasuk kategori dari
kekacauan yaitu:
2. Ketidaksahan
Merupakan
unit keluarga yang tak lengkap. Dapat dianggap sama dengan bentuk-bentuk
kegagalan peran lainnya dalam keluarga. Setidak-tidaknya ada satu sumber
ketidaksahan dalam kegagalan anggota-anggota keluarga baik ibu maupun bapak
salam menjalankan kewajiban peranannya. Misalnya ayah-suami tidak ada dan
karenanya tidak menjalankan tugas atau peranannya seperti apa yang ditentukan
oleh ibu atau masyarakat.
3. Pembatalan, perpisahan, perceraian dan
meninggalkan
Terputusnya
keluarga disini karena salah satu atau kedua pasangan dalam keluarga tersebut
memutuskan untuk saling meninggalkan dan dengan demikian berhenti melaksanakan
kewajiban peranannya.
4. Keluarga selaput kosong
Anggota-anggota
keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerjasama
antara satu dengan yang lain dan terutama gagal memberikan dukungan emosional
satu dengan yang lain. Hal ini menjadikan peranan yang seharusnya dijalankan
sesuai dengan semestinya menjadi terhambat bahkan dapat mengalami perubahan
karena adanya selaput kosong ini.
5. Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yan
tidak diinginkan
Beberapa
keluarga terpecah karena suami atau istri telah meninggal, dipenjarakan atau
terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau hal-hal lain. Dengan
keadaan seperti ini menjadikan adanya perubahan peranan. Misalnya ayah yang
meninggal dunia, menjadikan istri dari ayah tersebut untuk mampu berperan ganda
sebagai ibu rumah tangga dan yang menafkahi anak-anaknya (keluarganya).
6. Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan
Malapetaka
dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional, atau badaniah yang
parah. Misalnya anak yang mungkin terbelakang mentalnya atau seorang anak atau
suami atau istri mungkin menderita penyakit jiwa, penyakit yang parah dan terus
menerus mungkin juga menyebabkan kegagalan atau perubahan dalam menjalankan
peran utamanya dalam peranannya di keluarga.
7. Adanya konflik dalam keluarga
Suatu
konflik menjadikan adanya suatu permasalahan yang dapat memicu suatu keegoisan
diri. Konflik di dalam suatu keluarga sering terjadi yang akhirnya menjadikan
adanya perubahan peranan di dalam keluarga. Misalnya suami dan istri mempunyai
konflik yang berujung istri pergi meninggalkan keluarganya. Hal ini menjadikan
suami harus mampu menjalankan peranannya sebagai ibu untuk anak-anaknya dan
harus mampu menjalani kewajibannya untuk mencari nafkah.
8. Perubahan-perubahan nilai
Biasanya
membuat penambahan dalam kegagalan karena ada orang-orang yang dapat menerima
cara-cara baru dan ada yang tidak. Ada ketidaksepahaman mengenai apa kewajiban
peran itu sebenarnya sehingga mengakibatkan adanya banyak orang yang menilai
gagal dalam kewajiban peran mereka, berdasarkan standar baru atau lama.
Misalnya di pedesaan umumnya seorang suami menjadi kepala keluarga di dalam keluarganya
tersebut, namun karena perkembangan zaman dan adanya perubahan sosial budaya
menjadikan adanya perubahan peranan dalam keluarga tersebut yaitu istri yang
lebih tegas dan mampu menguasai, mengatur segala hal dari pada suaminya.
D.
HUBUNGAN INDIVIDU DALAM KELUARGA
Individu
merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial
yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah
tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam
suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Selanjutnya,
perkembangan manusia sebagai makhuk individu yang wajar dan normal harus
melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa
individu atau pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai
ciri-ciri khas tersendiri. Pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju ke
arah yang lebih maju, lebih dewasa. Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses
asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap
karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca
indera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan
batin sendiri yang menimbulkan sensation.
Menurut
aliran psikologi gestalt pertumbuhan adalah proses diferensiasi yaitu proses
perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula
mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari
lingkungan yang ada.Kemudian, menurut konsep aliran sosiologi tentang
pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses
perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap
demi tahap disosialisasikan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan:
1. Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat
bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa
sejak lahir
2. Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan
dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu
semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat
bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan
individu.
Dalam
pertumbuhkembangan suatu individu tak dapat terlepas dari peranan keluarga
dalam membentuk pertahanan terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang
tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana
perkembangan anak-anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap
serangan penyakit sosial.
Sering
kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan
bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang
dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan
tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan
bukan hanya materi saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang
diperlukan anak dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang,
dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.
Individu
akan belajar dari lingkungan terdekat. Mereka akan mencontoh sesuatu dari
lingkungannya tersebut. Lingkungan terdekat dari seorang individu ketika
dilahirkan dan melewati beberapa masa adalah KELUARGA. Di dalam keluarga
individu akan menerima aturan-aturan dan nasehat, sehingga individu mempunyai
pola tingkah laku. Setiap individu memiliki hubungan yang erat dengan
keluarganya. Hubungan antar individu tersebut misalnya misalnya suami-istri
terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan
eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual
satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem
tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti
subsistem-subsistem lain,orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak
dalam keluarga ,subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan
pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.
Individu akan menjadi baik jika keluarga dan
lingkungan sekitarnya memberikan pengaruh yang baik kepada individu tersebut.
Individu akan bertingkah buruk jika lingkungannya mendapat pengaruh yang buruk
pula. Individu dapat dikatan baik jika
dia bisa diterima di masyarakat yang dapat mematuhi norma-norma dan nilai-nilai
social yang belaku di masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari
keluarga-keluarga yang baik akan menjadi masyarakat yang rukun, harmonis, dan
saling bergotong royong.
Namun,
terkadang orang tua mengalami kesulitan untuk mewujudkan keseimbangan dalam
pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya
kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh
dan berkembang hingga meresahkan masyarakat. Misalnya, seorang anak yang tumbuh
dari keluarga yang tidak harmonis.
Kasih
sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh
sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang
kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk,
mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk
menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal
yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya. Oleh karena itu,
sangatlah dibutuhkan suatu keluarga yang harmonis oleh suatu individu dalam
perkembangannya sehingga kenyamanan tinggal dan di lingkungan tersebut pun
terjamin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Keluarga
adalah salah satu kajian dari lembaga sosial.
2. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
Sosiologi
3. keluarga
adalah ilmu yang mempelajari tentang
lembaga keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga.
4. Keluarga
merupakan agen sosialisasi yang pertama di lalui oleh seseorang karena keluarga
merupakan lingkungan yang pertama kali dirasakan dalam suatu keluarga.
B.
SARAN
Dunia
ini begitu luas keindahan, kemewahan, yang berada didalamx sungguh luar biasa
tapi kebahagian terbesar yang ada didalamnya yakni ketika kita bisa berkumpul
dengan keluarga.
yah....
BalasHapus