Selasa, 15 Oktober 2013

ANALISIS SOSIOLOGI DALAM KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga utama. Karena itu peran dan pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi perkembangan anak. Apa yang diberikan dan dilakukan oleh keluarga akan menjadi sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukan karakteristik perilaku dan pribadi anak. Perlakuan pada masa awal kehidupan anak yang terjadi dalam keluarga sangat memegang peran kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadiannya tersebut.
Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan di keluarga, jika kesempatan yang banyak diisi dengan hal-hal yang positif, maka akan memberikan kontribusi yang positif pula untuk anak. Karakteristik hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya di sekitar mereka. Kepada orang tua, selain si anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan psikologis tertentu yang sejak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih sayang dan pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak mewujudkan keadaan yang apa adanya dan bersifat “asli”, tidak seperti hubungan anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu menekankan formalitas karena terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu bisa membangun keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya.

Sedangkan Pengaruh keluarga akan sangat bervariasi tergantung pada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang terjadi serta pada kondisi anak itu sendiri. Namun prinsip-prinsip yang dimiliki orang tua untuk bahan rujukan dalam membimbing anak tersebut tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur pribadi anak yang unik. Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan baik dalam hal penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Sedangkan Dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku lainnya pengaruh keluarga sangatlah kuat dan bersifat langsung. Keluarga berfungsi sebagai lingkungan kehidupan nyata dalam pengembangan aspek-aspaek perilaku tersebut.
Pada umumnya setiap orang tua memiliki gaya atau pola asuh yang berbeda-beda dalam mensikapi anak-anaknya. Orang tua yang otoriter akan menerapkan seperangkat peraturan bagi anaknya secara ketat dan sepihak. Orang tua yang permisif akan cenderung memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol. Sedangkan orang tua yang otoritatif akan memberikan seperangkat peraturan yang jelas yang akan dilakukan dengan pemahaman, bukan paksaan. Sehingga peraturan-peraturan yang diberikan akan dimengerti si anak dengan pengontrolan orang tua dalam suasana hubungan yang hangat dan dialog yang terbuka.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah peran keluarga sebagai awal interaksi sosial...............?
2.      Bagaimanakah polah asuh yang diterapkan orang tua dalam sebuah keluarga..?



BAB II
ANALISIS SOSIOLOGI DALAM KELUARGA
A. PERAN KELUARGA SEBAGAI AWAL DARI INTERAKSI SOSIAL
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan . Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi inidividu karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi individu untuk mendapatkan nilai-nilai baru yang nantinya akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Hampir setiap individu memiliki keluarga. Karena manusia sendiri ada karena adanya suatu proses yang terjadi yang dijalankan oleh fungsi lembaga keluarga yaitu perkawinan. Melalui perkawinan inilah akan tercipta generasi-generasi berikutnya yang akan menggantikan dan meneruskan keberlangsungan suatu keluarga dimasa mendatang.
 Keluarga dikatakan sebagai suatu oragnisasi yang mana interaksi yang terjadi didalamnya lebih intim dan intrapersoanal dimana masing-masing anggota dalam suatu keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain terjadi secara continuoe dan terus menerus. Komunikasi dalam keluarga menjadi penting karena melalui komunikasi inilah suatu proses pembagian peran, sosialisasi nilai dan berbagai hal lainnya terjadi dalam suatu keluarga. Suatu keluarga dalam masyarakat akan berjalan dengan harmonis dalam proses perjalannya ketika keluarga tersebut menjalankan fungsi-fungsinya secara optimal.
Sosialisasi dan pola asuh orang tua merupakan bagian dari fungsi keluarga, dimana fungsi keluarga secara utuh dapat dijelaskan secara sosiologis ( Melly dalam Busono, 2005 ), keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni oleh individu (anggota keluarga) yang bahagia dan sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati sebagai tugas yang harus diperankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, berdasarkan pendekatan budaya dan sosiologis, fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1.    Fungsi Biologis
Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual dan mendapatkan keturunan. Fungsi ini memberi kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu.
2.    Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar di antara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peran utama dalam proses pembelajaran anak-anaknya, terutama di kala mereka belum dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan, dan teladan.
3.    Fungsi Beragama
Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua, sebagai seorang tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.
4.     Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga.
5.    Fungsi Sosialisasi Anak
Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya.
6.     Fungsi Kasih Sayang
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.
7.     Fungsi Ekonomis
Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
8.     Fungsi Rekreatif
Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari.
9.     Fungsi Status Keluarga
Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga dibandingkan dengan keluarga lainnya.
B. Peran Orng Tua Dalam Pola Asuh Anak
Seharusnya para orang tua memperhatikan pola asuh terhadap anak, karena hal ini dapat berdampak besar pada perkembangan anak. Pola asuh yang harus diperhatikan diantaranya adalah :
1.    Pola asuh dalam  mendidik anak dan mengontrol anak dalam pergaulan sehari-hari. Kaitannya dengan kasus diatas adalah ketika sang anak bergaul dengan anak sebayanya yang seringkali memakan junk food, seharusnya sikap orang tua selain mendidik juga mengontrol dan memberi nasihat pada anak tentang bahaya yang dapat ditimbulkan akibat junk food.
2.    Pola asuh di bidang kesehatan. Seharusnya orang tua memperhatikan bagaimana pola makan anak, bagaimana sikap anak pada orang tua, memperhatikan kebersihan anak, dan memperhatikan asupan gizi pada anak. hal ini juga dapat dilakukan dengan tindakan sebagai beriku :
a.  Memberitahukan pada anak untuk mengurangi konsumsi makanan instan atau cepat saji. Sebab di dalam makanan instan terdapat zat pengawet yang jika dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi kesehatan.
b.   Memberitahukan pada anak untuk berolah raga secara rutin.
c.   Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk dikonsumsi.
d.   Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak minum air putih.
e.   Membuatkan bekal makanan yang bergizi bagi anak ketika sekolah, dll
3.  Memberi pemahaman tentang hak-hak anak. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan pada anak tentang tanggung jawab yang nantinya akan dipikulnya.
4.    Pola asuh dalam bidang religiusitas, yaitu anak diajarkan untuk mengenal lebih dalam mengenai agamanya, misalnya syahadat, sholat, membaca Al-Qur’an, puasa, beramal, dll. Dengan demikian, mereka bisa dengan mudah mengajak anak-anak untuk beribadah dan mendapat guru mengaji yang dapat menasihati mereka agar tidak melakukan penyimpanga.
C. PERUBAHAN PERAN DALAM KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
      2.  Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
      3.  Anak-anak sebagai anggota keluarga melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
 2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
 4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
  7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
   1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga men
  2.  Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga memp didik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. ersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
 3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
 5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
 6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
 7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
  8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
 9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Banyak hal yang mempengaruhi akan perubahan peran dalam keluarga, diantaranya sebagai berikut:
1.      Kekacauan
Yaitu pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika salah satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka secukupnya. Ada beberapa macam yang termasuk kategori dari kekacauan yaitu:
2.       Ketidaksahan
Merupakan unit keluarga yang tak lengkap. Dapat dianggap sama dengan bentuk-bentuk kegagalan peran lainnya dalam keluarga. Setidak-tidaknya ada satu sumber ketidaksahan dalam kegagalan anggota-anggota keluarga baik ibu maupun bapak salam menjalankan kewajiban peranannya. Misalnya ayah-suami tidak ada dan karenanya tidak menjalankan tugas atau peranannya seperti apa yang ditentukan oleh ibu atau masyarakat.
3.       Pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggalkan
Terputusnya keluarga disini karena salah satu atau kedua pasangan dalam keluarga tersebut memutuskan untuk saling meninggalkan dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban peranannya.
4.       Keluarga selaput kosong
Anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerjasama antara satu dengan yang lain dan terutama gagal memberikan dukungan emosional satu dengan yang lain. Hal ini menjadikan peranan yang seharusnya dijalankan sesuai dengan semestinya menjadi terhambat bahkan dapat mengalami perubahan karena adanya selaput kosong ini.
5.       Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yan tidak diinginkan
Beberapa keluarga terpecah karena suami atau istri telah meninggal, dipenjarakan atau terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau hal-hal lain. Dengan keadaan seperti ini menjadikan adanya perubahan peranan. Misalnya ayah yang meninggal dunia, menjadikan istri dari ayah tersebut untuk mampu berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan yang menafkahi anak-anaknya (keluarganya).
6.       Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan
Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional, atau badaniah yang parah. Misalnya anak yang mungkin terbelakang mentalnya atau seorang anak atau suami atau istri mungkin menderita penyakit jiwa, penyakit yang parah dan terus menerus mungkin juga menyebabkan kegagalan atau perubahan dalam menjalankan peran utamanya dalam peranannya di keluarga.


7.       Adanya konflik dalam keluarga
Suatu konflik menjadikan adanya suatu permasalahan yang dapat memicu suatu keegoisan diri. Konflik di dalam suatu keluarga sering terjadi yang akhirnya menjadikan adanya perubahan peranan di dalam keluarga. Misalnya suami dan istri mempunyai konflik yang berujung istri pergi meninggalkan keluarganya. Hal ini menjadikan suami harus mampu menjalankan peranannya sebagai ibu untuk anak-anaknya dan harus mampu menjalani kewajibannya untuk mencari nafkah.
8.       Perubahan-perubahan nilai
Biasanya membuat penambahan dalam kegagalan karena ada orang-orang yang dapat menerima cara-cara baru dan ada yang tidak. Ada ketidaksepahaman mengenai apa kewajiban peran itu sebenarnya sehingga mengakibatkan adanya banyak orang yang menilai gagal dalam kewajiban peran mereka, berdasarkan standar baru atau lama. Misalnya di pedesaan umumnya seorang suami menjadi kepala keluarga di dalam keluarganya tersebut, namun karena perkembangan zaman dan adanya perubahan sosial budaya menjadikan adanya perubahan peranan dalam keluarga tersebut yaitu istri yang lebih tegas dan mampu menguasai, mengatur segala hal dari pada suaminya.
D. HUBUNGAN INDIVIDU DALAM KELUARGA
Individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Selanjutnya, perkembangan manusia sebagai makhuk individu yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiris luar melalui panca indera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.
Menurut aliran psikologi gestalt pertumbuhan adalah proses diferensiasi yaitu proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.Kemudian, menurut konsep aliran sosiologi tentang pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
   1. Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir
   2. Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
   3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.
Dalam pertumbuhkembangan suatu individu tak dapat terlepas dari peranan keluarga dalam membentuk pertahanan terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.
Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.
Individu akan belajar dari lingkungan terdekat. Mereka akan mencontoh sesuatu dari lingkungannya tersebut. Lingkungan terdekat dari seorang individu ketika dilahirkan dan melewati beberapa masa adalah KELUARGA. Di dalam keluarga individu akan menerima aturan-aturan dan nasehat, sehingga individu mempunyai pola tingkah laku. Setiap individu memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Hubungan antar individu tersebut misalnya misalnya suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain,orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga ,subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.
Individu  akan menjadi baik jika keluarga dan lingkungan sekitarnya memberikan pengaruh yang baik kepada individu tersebut. Individu akan bertingkah buruk jika lingkungannya mendapat pengaruh yang buruk pula. Individu dapat dikatan baik jika  dia bisa diterima di masyarakat yang dapat mematuhi norma-norma dan nilai-nilai social yang belaku di masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga yang baik akan menjadi masyarakat yang rukun, harmonis, dan saling bergotong royong.
Namun, terkadang orang tua mengalami kesulitan untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis.
Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan suatu keluarga yang harmonis oleh suatu individu dalam perkembangannya sehingga kenyamanan tinggal dan di lingkungan tersebut pun terjamin.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Keluarga adalah salah satu kajian dari lembaga sosial.
2.       Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Sosiologi
3.      keluarga adalah ilmu yang  mempelajari tentang lembaga keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga.
4.      Keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama di lalui oleh seseorang karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali dirasakan dalam suatu keluarga.


B.     SARAN


Dunia ini begitu luas keindahan, kemewahan, yang berada didalamx sungguh luar biasa tapi kebahagian terbesar yang ada didalamnya yakni ketika kita bisa berkumpul dengan keluarga.

1 komentar:

'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''

''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''