Sabtu, 26 Maret 2016

Kembali Bertani Sebagai Tanda Terima Kasihku Kepada Pertanian


Kembali Bertani Sebagai Tanda Syukurku dan Terima Kasihku Kepada Pertanian
Tidak ada petani tidak ada makanan, semua manusia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa mengkonsumsi makanan dari hasil pertanian, sejak dahulu hingga era modern saat ini.
Profesi petani sering diibaratkan kotor, jijik karena selalu bersentuhan dengan tanah, pupuk dan pestisida. Propesi petani juga di anggap tidak dapat mensejahterakan petani, banyak orang berpikiran tingkat kesejahteraan petani sangat rendah. 
 Jika pemikiran kita seperti itu otomatis kita tidak akan pernah mau menjadi seorang petani, bahkan mengakui orang tua kita saja,
bahwa mereka adalah petani kita malu. Kita ingin orang tua kita seorang pengusaha, PNS,  dll. Kita menutup – nutupi status mereka, namun kita tidak sadar bahwa kita makan, di besarkan, di sekolahkan hingga ahirnya Sarjana, itu hasil pertanian.
Banggalah kita terlahir dari keluarga petani, kita di ajarkan tentang alam, sebuah proses bercocok tanam, ibarat proses dalam kehidupan, mengolah, melakukan pembibitan, menanam, merawat, hingga akhirnya mengemas dan di pasarkan.
Seperti halnya hidup ini kita tidak langsung dewasa, ada proses yang membawa kita sampai pada kehidupan hari ini. Ibarat pendidikan ada tingkatan proses pendidikan, TK, SD, SMP, SMU dan Sarjana. Proses tersebut membutuhkan waktu, usaha dan anggaran, di dalam diri kita berbeda, lahir dari keluarga dan lingkungan yang berbeda dan diri ini di lahirkan di keluarga petani, sehingga dari renungan dan perjalanan tersebut akhirnya saya Kembali Bertani setelah selesai Kuliah karena itu menjadi bagian dari rasa terima kasihku kepada pertanian dan rasa syukurku karena hasil pertanian telah menjadikan diriku bergelar Sarjana.
Jika banyak pemuda yang bangga kerja di kantoran, berdasi, berpakaian rapi, di ruangan berAC berbeda dengan diriku saya justru bangga jika kerja di pertanian lebih mampu membuat diriku enjoy. Pertanian membawaku ber-AC Alami bersahabat dengan alam, berpakaian dinas lengkap dengan alat pertanian dan menjadi petani yang berdasi.
Jika di lihat petani saat ini rata – rata dari mereka telah berusia tua atau Lansia, sehingga generasi muda harus mampu melakukan gerakan, terobosan dan ide – ide baru dalam mengembangkan pertanian, di tangan pemudalah pertanian bisa di gerakkan dengan cepat sebab pemuda mempunyai beberapa kelebihan dengan lansia, baik tenaga maupun ide.
Jika saat ini kita tidak mau bertani, lantas generasi petani tidak akan tercetak, regenerasi perlu di lahirkan. Jika manusia hanya berlomba mencari harta, lantas si kaya bisakah memakan uang mereka, mobil mereka atau rumah mewah mereka. Tanpa petani manusia mau makan apa?
Petani menjadi pahlawan pangan ini yang tidak di sadari oleh petani dan manusia pada umumnya, petani sendiri kadang tidak bangga menjadi petani, anak petani tidak ingin menjadi petani, para orang tua juga tidak bangga anaknya menjadi petani, mereka ingin mengubah nasip mereka, ini kata mereka…. Yakni ingin mengubah status dari petani menjadi PNS.
Di usia sekolah para orang tua tidak pernah memberikan motivasi kepada anaknya bahwa sekolah yang tinggi nak agar kedepan bisa mengembangkan pertanian. Malah yang sering di dengar adalah sekolah yang tinggi agar kamu tidak seperti bapakmu menjadi petani, kamu jadi guru, dokter, tentara dll.
Negara kita Negara agraris tidak semua Negara mempunyai potensi SDA yang melimpah, sehingga menjadi tugas dan tanggung jawab buat kita pemuda untuk mengembangkan pertanian, ingat bertani itu bukan berarti harus setiap hari ke lahan seperti petani – petani pada umumnya tetapi pemuda hari ini harus mampu lahir untuk mengembangkan pertanian melalui iptek.
Gerakan pemuda atau sarjana akan melahirkan pertanian yang lebih modern, menarik dan di kunjungi, mari kita lahirkan Agrowisata, pengolahan, peningkatan SDM Petani, dan budidaya yang sehat dan ramah lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

'' TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA''

''Tassilalo Ta'rapiki T'awwa, Sipakainga Lino Lattu Akhira''